Keluarga ku mungkin tidak seutuh keluarga kalian.
Tetapi aku bahagia. :')
Bukan untuk mengeluh, bukan untuk disesalkan, bukan untuk dikasihani.
Aku tulis kisah ini hanya agar dapat lebih bersyukur.
Perpisahan dalam sebuah keluarga adalah hal yang paling menyedihkan.
Terutama bagi seorang anak.
Namun, keluarga utuh yang digerogoti masalah pun tidak baik untuk seorang anak.
Aku hanya korban, aku tidak tau apa-apa. Dan aku tidak menginginkan semua ini terjadi.
Seberapa pun dewasa usia ku.
Jika aku harus menghadapi perpisahan dalam keluarga, aku akan tetap seperti gadis kecil yang rapuh.
Hati ku hancur. Hati ku terluka.
Aku ingin marah. Tetapi aku tidak bisa. Ingin menuntut keadilan? Tetapi pada siapa?
Yang bisa aku lakukan hanya menelan semua pahit getir keputusan mereka.
Orang bilang, usia 21 tahun sudah lah beranjak dewasa.
Ya, jika dinilai dari usia memang harusnya sudah mengerti mana yang baik dan mana yang tidak.
Aku sadar betul, mempertahankan hubungan mereka adalah sesuatu yang percuma.
Dan ketika keutuhan rumah tangga harus direnggut oleh egoisnya orang dewasa, aku hanya bisa terdiam.
Ahh.. Tetapi tidak mungkin mereka memutuskan hal ini tanpa memikirkan kami sebagai anak-anaknya.
Aku mencoba untuk berfikiran positif.
Aku mencoba tegar. Mencoba mencerna dan menerima semua kenyataan.
Tetapi, setegar apapun aku dihadapan orang lain. Hati ku tetap hati seorang anak yang hancur berkeping.
Air mata tak dapat aku bendung . namun seberapa banyak pun, aku rasa tidak dapat merubah keputusan mereka.
Mereka bilang keputusan mereka demi anak..
Demi anak? Apakah kalian yakin?
Apa keuntungan yang aku dapat dari perpisahan kalian? APA?
Pada awalnya sangat sulit untuk menerima semua kenyataan ini.
Berbulan-bulan lamanya aku mencoba menerima semua ini.
Aku menjadi pribadi yang lebih diam.
Aku abaikan kewajiban-kewajiban ku.
Aku seperti sudah tidak memiliki akal sehat.
Tetapi ada seorang pria kecil yang membuat aku tersadar, aku tidak boleh terus seperti ini.
Ada masa depan nya yang harus aku perhatikan.
Aku merasa sedih bila ingat dia.
Setidaknya, dulu masa kecil ku bahagia dan Penuh kasih sayang dari kedua orang tua.
Sedangkan dia? Diusianya yang belum genap 10 tahun, dia sudah harus merasakan pahitnya perpisahan.
Aku malu kepada dia.
Saat kenyataan pahit ini terjadi.
Hampir setiap malam aku menangis.
Tetapi dia tidak sama sekali.
Mengapa dia bisa lebih kuat? Atau dia menyembunyikan kepedihan nya?
Karenanya, aku akan bangkit.
Aku bertekad, kebahagiaan nya adalah yang terpenting.
Akan aku banjiri dia dengan kasih sayang semampu ku .
Lambat laun, aku sudah terbiasa dengan semua kenyataan ini.
Pahit getir yang dulu ku rasa sudah hilang atau mungkin melebur menjadi satu dengan ku.
Saat ini, mungkin keluarga ku tidak seutuh keluarga kalian.
Tetapi aku bahagia. :')
Aku bahagia karena aku masih mempunyai ayah dan ibu.
Aku bahagia karena memiliki adik kecil yang pintar dan baik.
Aku bahagia karena selalu ada sahabat yang memberikan semangat baru untuk ku.
Semua proses ini, menjadikan aku pribadi yang lebih dewasa.
Apapun keadaan kita, kita dapat memilih untuk bahagia atau tetap tenggelam dalam keterpurukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar